TSroBSz6GfYiGpMiGfW6GpMlTd==

Ketegangan Aksi AMKB Mencair Saat Ketua DPRD Kabupaten Bandung Renie Rahayu Fauzi Turun ke Lapangan Ajak Dialog

Ketegangan Aksi AMKB Mencair Saat Ketua DPRD Kabupaten Bandung Renie Rahayu Fauzi Turun ke Lapangan Ajak Dialog



zonapasundan.com,— Bandung // Soreang Di tengah panas terik dan lantangnya suara orasi di depan gerbang Kompleks Pemda Kabupaten Bandung, Jalan Al-Fathu Soreang, suasana sempat menegang.

Namun ketegangan itu berubah menjadi kehangatan ketika Ketua DPRD Kabupaten Bandung, Hj. Renie Rahayu Fauzi, melangkah keluar dari gedung dewan dan turun langsung menemui massa aksi Aliansi Masyarakat Kabupaten Bandung (AMKB).

Bagaikan seorang Srikandi, Renie tampil tegas namun penuh kelembutan. Dengan langkah mantap dan senyum tenang, ia menyapa para pengunjuk rasa yang memenuhi halaman depan.

“Kami pimpinan DPRD menyampaikan selamat datang kepada Aliansi Masyarakat Kabupaten Bandung dan menyampaikan apresiasi kepada semua yang hadir di sini. Tapi alangkah baiknya kalau kita berbicara di dalam,” ujarnya, mengundang massa untuk berdialog di ruang rapat paripurna DPRD.

Ajakan tersebut disambut tepuk tangan dan sorak gembira dari peserta aksi. Dalam hitungan menit, situasi yang semula tegang berubah cair. Tak ada pagar pembatas, tak ada barikade aparat—hanya dialog terbuka antara rakyat dan wakilnya.

“Gedung DPRD ini rumah rakyat, tempat mereka menyampaikan aspirasinya,” ucap Renie saat ditanya awak media terkait keputusannya membuka pintu dewan bagi seluruh pendemo.

Langkah Renie bukan sekadar simbolik. Ia menunjukkan kepemimpinan yang turun tangan, bukan tunjuk tangan. Saat sebagian pejabat memilih berlindung di balik meja rapat, Renie justru menembus kerumunan untuk mendengar langsung suara masyarakat.

Didampingi para Wakil Ketua DPRD, yakni H. Firman B. Sumantri, H. Thony Fathony Muhammad, dan Dr. M. Akhiri Hailuki, ia mempersilakan perwakilan AMKB masuk ke Gedung DPRD Kabupaten Bandung. Seluruh peserta diperlakukan dengan hormat dan diberi ruang bicara yang sama.

“Kami tidak pernah menutup pintu bagi siapa pun. Kami terbuka untuk berdialog, baik lewat surat resmi maupun komunikasi langsung. Karena itu, ketika mereka datang ke sini, sudah sepatutnya kami turun ke bawah menyambut,” tutur Renie.

Aksi damai AMKB kali ini menyoroti berbagai isu penting: dugaan monopoli proyek pengadaan barang dan jasa, kejanggalan pendirian PT Bandung Daya Sejahtera (BDS), konflik air bersih di Kecamatan Pacet, hingga polemik revitalisasi Pasar Banjaran.

Meski aspirasi disampaikan dengan gaya khas pendemo bersemangat, keras, dan penuh emosi Renie menyimaknya dengan kepala dingin. Ia tak pernah memotong pembicaraan, mendengarkan satu per satu dengan tatapan fokus dan sabar.

“Mereka datang membawa kepedulian, bukan permusuhan. Karena itu, kami harus mendengarnya dengan hati,” katanya lembut namun tegas.

Dialog berlangsung hingga malam hari, dihadiri oleh Asisten II Pemkab Bandung Kawaludin, serta sejumlah kepala OPD seperti Kepala Disdagin Dicky Anugrah, Kepala Dinsos Ningning Hendarsah, dan Kepala Diskominfo Teguh Purwayadi. Suasana debat yang awalnya hangat berubah menjadi diskusi konstruktif.

Hingga pukul 22.00 WIB, audiensi berakhir dengan kesepakatan tindak lanjut antara DPRD dan Pemkab Bandung.

“Kami akan kawal hasil audiensi ini agar tidak berhenti di meja rapat. DPRD hadir untuk memastikan setiap kebijakan publik berpihak pada rakyat,” tegas Renie.

Langkah konkret ini disambut apresiasi dari perwakilan AMKB. Mereka menilai Ketua DPRD dan jajaran pimpinan dewan telah menunjukkan contoh kepemimpinan humanis dan mengedepankan dialog, bukan konfrontasi.

Banyak yang menyebut Renie sebagai Srikandi Parlemen Kabupaten Bandung—sosok perempuan pemimpin yang memadukan ketegasan, empati, dan kebijaksanaan. Di bawah kepemimpinannya, DPRD bukan sekadar lembaga formal, melainkan wadah aspirasi rakyat yang hidup.

Ketegangan Aksi AMKB Mencair Saat Ketua DPRD Kabupaten Bandung Renie Rahayu Fauzi Turun ke Lapangan Ajak Dialog



Hari itu, di tengah panas dan lantangnya suara toa yang menggema, demokrasi benar-benar terasa nyata. Di antara massa yang berorasi dan pejabat yang turun tangan, satu hal tampak jelas: ada seorang perempuan di garis depan yang menjaga jembatan antara rakyat dan wakilnya.

Namanya Hj. Renie Rahayu Fauzi—Srikandi yang mengajarkan bahwa kekuatan sejati dalam memimpin bukan terletak pada suara paling keras, melainkan pada hati yang paling sabar mendengarkan.

Reporter: Amad Ma’muri

Type above and press Enter to search.