![]() |
| Metode Komunikasi dalam Perspektif Ajaran Islam |
Pakar komunikasi Harold Lasswell merumuskan komunikasi dengan konsep “Who says what, in which channel, to whom, with what effect”, yang menekankan unsur pelaku, pesan, saluran, penerima, dan dampak. Dalam pandangan Islam, komunikasi memiliki nilai yang lebih dalam karena tidak hanya berfungsi sebagai penyampai pesan, tetapi juga mencerminkan akhlak, kejujuran, ketulusan, dan tanggung jawab moral.
Al-Qur’an dan Hadis memberikan pedoman yang jelas tentang bagaimana seharusnya manusia berkomunikasi. Islam menganjurkan penggunaan kata-kata yang baik, sikap yang lembut, serta menjauhi perilaku komunikasi yang menyakiti atau merendahkan orang lain. Komunikasi dipandang sebagai bagian dari pembentukan karakter dan penciptaan iklim sosial yang sehat dan harmonis.
Dalam kehidupan modern, masalah komunikasi kerap muncul akibat kesenjangan informasi, perbedaan latar belakang, serta minimnya adab dalam berbicara. Tidak jarang, kata-kata yang diucapkan tanpa pertimbangan justru menimbulkan konflik, kebencian, dan perpecahan. Islam memandang komunikasi sebagai sarana untuk menyampaikan kebenaran (tabligh), menebarkan kedamaian (islah), dan membangun hubungan yang adil di tengah masyarakat.
Allah SWT berfirman:
"Ucapkanlah perkataan yang baik kepada manusia."
(QS. Al-Baqarah: 83)
Ayat tersebut menegaskan bahwa komunikasi harus dibangun atas dasar kebaikan dan penghormatan. Selain itu, Allah SWT juga berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka, dan janganlah kamu saling mencela serta memanggil dengan gelar-gelar yang buruk."
(QS. Al-Hujurat: 11)
Ayat ini memperingatkan agar umat Islam menjauhi bentuk komunikasi yang mengandung hinaan, ejekan, atau merendahkan martabat sesama manusia.
Rasulullah SAW pun bersabda:
"Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis lain disebutkan:
"Cukuplah seseorang dianggap berdosa bila ia merendahkan saudaranya sesama Muslim."
(HR. Muslim)
Hadis-hadis tersebut menegaskan pentingnya menjaga kehormatan dan kesetaraan dalam setiap bentuk komunikasi.
Menurut Pujiawati, Mahasiswi STT Assa Idiiyyah, komunikasi dalam perspektif Islam dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk. Pertama, komunikasi tertulis, seperti surat, laporan, dan catatan. Islam menganjurkan dokumentasi tertulis, sebagaimana dicontohkan dalam perintah menulis utang piutang dalam QS. Al-Baqarah ayat 282.
Kedua, komunikasi lisan, yang dilakukan melalui dialog langsung. Rasulullah SAW dikenal selalu menggunakan kata-kata yang lembut, jelas, dan penuh hikmah dalam berbicara.
Ketiga, komunikasi mekanik, yaitu penggunaan media seperti telepon, radio, media digital, dan teknologi lainnya. Dalam Islam, media komunikasi modern dapat menjadi sarana dakwah selama digunakan secara benar dan etis.
Keempat, komunikasi nonverbal, seperti ekspresi wajah, gerak tubuh, dan intonasi suara. Nabi Muhammad SAW sering menyampaikan pesan melalui bahasa tubuh yang lembut, termasuk senyuman, sebagaimana sabdanya: “Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.”
Sebagai solusi, Islam mengajarkan beberapa prinsip penting agar komunikasi berjalan efektif dan membawa kebaikan. Di antaranya adalah membangun kesetaraan, menghindari ucapan menyakitkan, menjaga kehormatan orang lain, memperkuat kerjasama, serta membiasakan sikap saling mendengarkan. Selain itu, pemanfaatan teknologi komunikasi juga harus dibarengi dengan nilai adab dan tanggung jawab moral.
Dengan demikian, komunikasi dalam perspektif Islam bukan sekadar pertukaran informasi, tetapi juga merupakan sarana untuk menciptakan hubungan yang harmonis, penuh kedamaian, serta mencerminkan akhlak mulia dalam kehidupan bermasyarakat.
(UK/Iyus)
